Kemasan Tasawuf Perjuangan Kasta Sangkuriang Bukan Sekedar Legenda [Bagian_3].
Artikel ini adalah sambungan dari http://yusnitriayunda.blogspot.com/2016/05/jalan-kisah-sangkuriang-bukan-sekedar.html
Dalam konsep esoteris, dimensi dalam, penyucian jiwa, adalah hal yang penting, sebagaimana keutamaan TAGHFARU, ya itu ber_istighfar, merasa dan ‘rumasa’ bahwa diri kita bersalah, sehingga secara naluriah diri kita mencari Pemilik Ampunan, Allooh.
Dengan adanya rasa bersalah, feeling guilty tersebut, maka masuklah ruhaniah diri kita ke dalam tahap mendekatkan diri ke pada Tuhan, Yang Maha Suci, sekaligus Maha Pengampun. Akan tetapi, guna mendekati yang Maha Suci, tentulah harus dengan dalam kondisi kejiwaan yang juga suci. Bagaimana satu jiwa dewasa dapat mengkleim bahwa dirinya suci?, sedangkan merasakan dirinya bersalah pun tida - atau belum merasakannya?.
Itulah maka, lahirnya Rasa Bersalah, mengawali lahirnya Keinginan Menyucikan Diri. Dengan acuan lain, biasanya kurikulum mensyaratkan TAGHFARU terlebih dahulu sebelum TASBIH, yang diidentikkan dengan kalimat ‘subhaanallooh’: ‘Maha Suci Allooh’.
Selama jiwa manusia belum merasakan kesucian keadaannya, maka seolah - olah masih bernajis. Sepertimana Daging Babi, yang diharamkan dikonsumsi, sedangkan apa - apa yang diharamkan secara syariat maka pada hakekatnya adalah di_najis_kan pula.
Lalu, mengingat bahwa manusia sering kali lalai, maka diingatkan pula agar manusia JANGANLAH MERASA DIRI SUCI. Jika putus ingat saat berdzikir khofiy, maka segeralah sambung kembali ingatan yang sempat terputus itu, sehingga hati kita secara terus menerus senantiasa dalam keadaan mengingat Allooh, dalam bathin kita, apapun yang lagi kita perbuat.
Setiap dosa - perdosaan, baik yang dijaharkan dinyatakan diakui, ataupun yang dikhofiykan dalam bathin diri sendiri, adalah najis berhadapan dengan kemahasucian Allooh, selama belum disucikannya. Memang demikianlah qodratnya sebagai manusia, senantiasa memerlukan penyucian - penyucian jiwanya, selain juga syariatnya. Itu pula, tasawuf, melalui ajaran thooriqooh - thooriqooh yang mu'tabaroh, selalu menekankan perlunya penyucian bathin ini.
Bagaimana pula pembayangan imaji ketika suatu upaya menerjemahkan pesan tersirat, hermeneutika, dari suatu paket ‘kenajisan turunan’, sejak dari niat [leluhur] sebelum melakukan suatu perbuatan, hingga ke pada dampak dari perbuatan itu [cucu/cicit]?.
Kurikulum objektif yang seperti apakah yang lebih mendekati tartil [tertib] dalam penyusunan paket ajaran - ajaran menuju penyucian jiwa tersebut?.
Kita lihat, urutan konsep - konsep yang disusun secara kronologis dalam Suwroot al Mudatsir:
Yang TERPENTING: BANGUN, dan BERILAH PERINGATAN. Apabila dalam kondisi bukan terjaga, bukan bangun, maka bagaimana bisa memberi peringatan?. Dengan hakekat: apabila diri kita tida dalam kesadaran, tida dalam keadaan berdzikir bathin kita ke pada Allooh, maka bagaimana pula kita dapat memberi peringatan?, sedangkan kita lagi dalam kondisi NAJIS, yaitu MABUK, yang dalam suwroot an Nisaa dijelaskan bahwa ‘mabuknya Orang Dewasa’ secara spiritual, adalah: ‘mendekati sholaat, sedangkan dia tida memahami apa yang dibacanya pada saat dirinya sholaat’, maka dianggap dia sholaat dalam keadaan mabuk, dan itu dilarang oleh Allooh.
Dengan tahapan - tahapan tersebut, maka ternyata sebenarnya kita ini masih jauh dari ‘sholaat yang benar’, apalagi yang benar - benar. Bayangkan, dalam urutan - urutan tadi, dari ayyat_1 hingga ke_7 saja belum dibahas akan sholaat, baru pada ayyat ke_43 ada pembahasan tentang sholaat, sehingga ditanyakan apa yang membuat orang masuk Neraka Saqor?, dijawab oleh mereka ‘tidalah kami termasuk yang sholaat’ .
Itulah pula maka, sholaat itu berat, terkecuali bagi orang yang khusyu.
Uniknya, DZIKIR LEBIH UTAMA DARIPADA SHOLAAT. Jika sholaat saja telah demikian berata keseriusan mengamalkannya, JANGAN MAIN - MAIN, APALAGI DZIKRULLOOH: HARUS SANGAT - SANGAT SERIUS !. Dan itulah yang dipelajari dalam TASAWUF, serta dipraktekkan dalam THOORIQOOH - THOORIQOOH yang diakui.
_________
REFERENSI;
Mengenai haramnya status Daging Babi, lihat Suwroot al Maaidah ayyat_3: https://kabar24.bisnis.com/read/20230417/79/1647888/bacaan-surat-al-maidah-ayat-3-arti-dan-isi-kandungannya
Mengenai larangan merasa diri suci, lihat Suwroot an Najm ayyat_32: https://www.risalahislam.com/2015/12/tafsir-qs-najm32-jangan-merasa-suci.html
Mengenai penggalian makna instrinsik dari satu hakekat cerita legenda, misalnya: https://adecimahi.wordpress.com/tag/yusni-tria-yunda/
Urutan prioritas, jika sesuai dengan urutan ayat - ayat, adalah: BANGUN dan BERILAH PERINGATAN, kemudian AKUI KEAGUNGAN TUHANMU, kemudian barulah BERSIHKANLAH SYARIATMU [yang DISIMBOLKAN dengan PAKAIANMU], kemudian barulah TINGGALKAN PERBUATAN KEJI, kemudian JANGAN RIBA dalam praktek MEMBERI DENGAN MAKSUD MENDAPAT BALASAN LEBIH BANYAK, kemudian barulah diperintahkan berSABAR.Lihat: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6385328/terjemahan-surah-al-mudatsir-ayat-1-7-dilengkapi-asbabun-nuzul
Lihat Suwroot an Nisaa ayyat_43: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6385328/terjemahan-surah-al-mudatsir-ayat-1-7-dilengkapi-asbabun-nuzul
Lihat Suwroot al Muddatstsir ayat_43: https://quran.com/74/43
Lihat al Baqoroh ayyat_45: https://news.detik.com/berita/d-4903218/kandungan-surat-al-baqarah-ayat-45-tentang-sabar-dan-sholat
Lihat Suwroot al Ankaabuwt ayyat_45: http://quran.bblm.go.id/?nomor_surat=29&ayat=45
Comments
Post a Comment